Kesalahan Umum dalam Menyusun Rencana Bisnis |
Apa kesalahan paling umum saat menulis rencana bisnis? Dalam membuat rencana bisnis ada hal-hal yang perlu dihindari. Anda juga mungkin memerlukan semacam daftar untuk membantu kelengkapan konten rencana bisnis Anda. Karena sering kali kita memasukkan informasi yang tidak perlu, dan lupa mencantumkan hal-hal penting. Berikut ini adalah tiga ‘warning’ dalam membuat rencana bisnis. 1. Kurang optimis Ada banyak pengusaha yang menulis rencana bisnis dengan nada yang tidak optimis. Mereka menyerah sebelum mewujudkannya. Mereka mencantumkan kalimat-kalimat seperti, “Kalau ada kesempatan nanti, saya akan…” atau “Kami menunggu hinga kondisi…” Bank atau investor tidak akan menunggu hingga Anda menjadi layak untuk mendapat pinjaman dana. Ingatlah, yang Anda ingin menangkan adalah perhatian. Jangan menulis hal-hal yang akan membuat Anda kehilangan seluruh kesempatan hanya karena rencana bisnis Anda memiliki ‘aura kegagalan’. 2. Tanpa arus kas yang jelas Banyak pengusaha berpikir untuk mendapat keuntungan, bukan memikirkan arus kas. Ini cara yang kurang tepat. Memang, untuk memulai sebuah usaha Anda pasti membayangkan dan memikirkan memikirkan biaya produksinya, cara menjualnya, dan sebesar apa keuntungan yang mungkin diperoleh. Jadi, cantumkanlah semua rencana atau bayangan arus kas. Jangan hanya menulis, “Kami butuh dana sebesar ini” atau “Kami menharapkan keuntungan sebesar ini.” Sumber dana atau calon pemodal Anda harus tahu peluang keuntungan dan resiko kerugian yang dihadapi. Dalam bisnis, keuntungan bukan hal yang pasti ada. Karena itulah memahami rencana arus kas menjadi sangat penting. Dalam sebuah rencana bisnis harus ada tabel arus kas. 3. Terlalu mementingkan ide Jangan melebih-lebihkan pentingnya ide. Ada banyak bisnis kreatif yang sukses. Namun sebenarnya Anda tidak selalu memerlukan ide yang bagus untuk memulai sebuah bisnis. Ide kreatif memang menjanjikan kesuksesan, namun itu tidak mutlak. Yang lebih Anda perlukan adalah waktu, uang, ketekunan, dan akal sehat. Bisnis yang sepenuhnya hanya mengandalkan ide-ide baru, justru biasanya tidak tahan lama. Gagasan baru butuh waktu untuk diterima masyarakat, sementara ide yang sudah ada justru kadang lebih ‘menjual’. Ini terjadi karena banyak orang biasanya punya keraguan ide baru tersebut akan bekerja dengan baik. (*/Nilam/dari berbagai sumber) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar