AL QURAN

Senin, 19 September 2011

Temu Blogger dan Seminar Kecerdasan Ekologis

Amprokan Blogger 2011 : 

Quantcast
amprokan blogger 2011 (3)
Minggu Maghrib, akhirnya semua peserta sudah bisa kembali ke Islamic Centre, kecuali satu bus yang menuju ke Bekut (Bekasi Utara). Diperkirakan baru masuk ke Islamic Centre pada seputaran jam 21.00 Bang Komar, Sang Jawara dari bekut begitu setia dengan tugasnya mengawal para krucil menuju kampung mereka.
Sebagian peserta yang masih belum pulang dan sebagian panitia menutup acara AB 2011 ini dengan doa yang dipimpin oleh Ustadz Yulef di halaman Islamic Centre. Sebuah prosesi yang sangat sederhana. Tahun lalu, aku yang menutup acara Amrpokan Blogger 2010 dan kini mas Yulef sudah tampil lebih layak daripada aku tahun lalu.
Banyak wajah baru dari panitia meskipun stok lama dan hasilnya sungguh membuat kita menjadi bangga. Panitia sudah menunjukkan kinerja yang luar biasa, meskipun hasilnya mungkin ada yang merasa puas dan ada juga yang merasa perlu ditingkatkan lagi di tahun depan pada ajang yang sama.
Pada hari pertama, salah satu peserta dari luar pulau Jawa yang datang paling duluan diberi kesempatan untuk menyampaikan uneg-unegnya di depan para hadirin. Masukannya sungguh membuat panitia merasa senang. Panitia menyikapi semua masukan dengan hati karena yang memberikan masukan juga melakukannya dengan hati.
amprokan blogger 2011 (11)
Seluruh panitia tentu merasa lega setelah acara ini akhirnya bisa terlaksana dengan baik. Terima kasih diucapkan kepada semua peserta yang telah dengan tertib mengikuti acara ini dari awal sampai akhir. Beberapa peserta memang pamit karena ada kegiatan lain yang harus mereka kerjakan di hari Minggunya, sehingga mereka tidak sempat merasakan indah dan bermaknanya penampilan pak Eka, Sang ahli Botanic dari Jababeka.
Untuk mencintai sebuah pohon, pak Eka memberikan 3 (tiga) jurus ampuh.
1. Kenali Sang Pohon (nama, sejarahnya maupun sifat-sifatnya).
2. Rawat Sang Pohon dengan baik.
3. Ajak orang lain untuk ikut mencintai Sang Pohon yang sudah kita kenal dan rawat itu.
amprokan blogger 2011 (56)
Di hari pertama, materi memang lebih berat bermuatan informasi tentang dunia internet, baik dunia peranti lunaknya maupun piranti kerasmnya. Banyak tokoh yang bicara di sesi ini. Mulai dari Nukman Luthfie sampai ke Onno Purbo. Semuanya memberikan daging segar pada para peserta acara AB 2011 ini.
Sesi yang cukup heboh adalah sesi foto-foto bersama menteri Tifatul Sembiring yang menyempatkan membuka acara ini. Bagaimana tidak, pak Menteri sudah bicara melewati jam yang dia tentukan sendiri, karena ada acara lain yang harus didatanginya, sementara itu para penggemar pak Menteri sudah tidak sabar untuk berfoto bersama.

amprokan blogger 2011 (24)
Malam hari, para peserta kembali disuguhi dengan sarasehan yang dimoderatori oleh Kang Blontank dan membawakan tema relawan Merapi. Acara harus ditutup karena terlihat beberapa peserta sudah kecapekan meskipun sebagian peserta masih juga mengajukan pertanyaan.

Hari pertama juga diwarnai dengan kampanye KOMODO, sebuah kekayaan yang mungkin sudah kita lupakan, sementara itu justru orang yang tidak punya malah sangat mencintai KOMODO yang ada di Indonesia (saja) ini.
amprokan blogger 2011 (39) KOMODO
Tidak ada gading yang tak retak, tentu ada kekhilafan kami yang membuat peserta merasa terzholimi, untuk itu seluruh panitia merasa perlu menyampaikan maaf, terima kasih atas kehadirannya dan selamat jalan, semoga selamat sampai tujuan tanpa ada aral melintang. Amin.
amprokan blogger 2011 (68)

Film |Di Bawah Lindungan Ka'bah

(film) Di bawah Lindungan Ka’bah 

Buah Karya Buya Hamka

 
i
1 Votes
Quantcast
Dibawah_Lindungan_Kabah
Bagi penggemar film Hollywood, sebaiknya jangan nonton film klasik semacam ini. Tidak banyak happy ending dalam novel klasik Indonesia dan film ini memang tidak melakukan perombakan terhadap naskah cerita secara drastis. Perubahan yang dilakukan mungkin hanya sebatas kepentingan untuk penayangan di layar lebar, tetapi tetap mempertahankan alur cerita aslinya.
Di komunitas para penggemar buku, maka Novel HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) ini mempunyai nilai hampir empat dari lima. Setelah dinaikkan ke layar lebar, mungkin saja para penggemar buku ini akan melihat beberapa perbedaan di buku dan di novel. Ini sesuatu yang wajar terjadi jika sebuah film diangkat ke layar lebar.
rumah gadang Minangkabau
Imajinasi dari ribuan kepala pembaca akan dijadikan sebuah gambar yang harus mempunyai titik kesamaan dari ribuan kepala itu, tentu sebuah hal yang mustahil bisa dilakukan. Ini memang sebuah tantangan bagi seorang sutradara. Ada yang berani menerima tantangan itu ada juga yang memilih menjadi sutradara dari naskah non novel.
Cameraman film ini dan tentu saja editornya begitu apik menggarap setting film yang bernuansa Sumatra Barat. Terasa sangat megah dan teduh suasana yang terbangun. Adegan perahu dari sabut kelapa terasa sangat natural dan seperti tidak mungkin terjadi lagi di abad ini.
pesta obor dalam film Di Bawah Lindungan Ka'bah
Adegan malam juga selalu ditampilkan dengan sangat apik, melalui sinar obor dan pencahayaan yang pas di semua adegan. Penonton seolah-olah memang dibawa ke dunia masa lalu melalui semua adegan yang ditampilkan di film ini.
Akting prima dari Laudya Chintya Bella juga membuat kita melupakan pose “berani” dari artis ini. Bella tampil apik dan terlihat sangat bersahaja di gelimang kekayaan yang mewarnai kehidupannya sebagai seorang anak hartawan. Dengan fasih Bella naik sepeda onthel, bermain air hujan dan berlarian di pasar, benar-benar seperti melihat Bella yang lain.
HAMKA juga menunjukkan betapa kuatnya adat Sumatra Barat terhadap hukum Islam dan itu sudah terpatri dalam setiap insan yang hidup di jaman itu. Pacaran model tahun itu bener-bener tidak masuk akal kalau dilakukan di jaman sekarang. Pacaran kok tidak bisa saling melihat dan hanya bisa mendengar suara dari pacarnya saja, tentu tidak asyik kalau dilakukan jaman sekarang.
Untuk adegan pacaran di balik dinding ini, terlihat di mataku editingnya kurang mulus. Seolah-olah sepasang kekasih ini diambil gambarnya secara sendiri-sendiri dan kemudian digabungkan. Aku tidak tahu bagaimana cara pengambilan gambar di adegan ini, tapi kalau di peragakan di panggung teater, pasti adegan ini akan sangat menawan.
Cerita novel Di Bawah Lindungan Ka’bah sendiri sebenarnya sangat sederhana dan sangat mudah ditebak arahnya. HAMKA menekankan pada kekuatan dialog dari masing-masing tokoh yang tidak pernah takut pada siapapun dan tidak pernah takut sendirian, karena mereka punya Tuhan, Allah swt.
Semua kejadian yang ada berawal dari niat yang  tulus, usaha yang tak kenal menyerah dan pertolongan Tuhan. Niat yang begitu kuat dari ibu Hamid terhadap anaknya terjadi juga meskipun mungkin penonton menginginkan niat Ibu Hamid jangan sampai terjadi.
Semua keinginan dari masing-masing tokoh terjadi sesuai niatan mereka. Film ini akan lebih terasa maknanya kalau kita bisa membayangkan kehidupan Hamid dan Zainab di tahun mereka hidup. Bila dipandang dari kaca mata sekarang, maka banyak sekali adegan yang tidak masuk akal.
pasangan Hamid dan Zainab
Bagaimana mungkin menolong orang dengan saksi begitu banyak orang malah dianggap salah karena “ngowah-owahi” adat (tidak sesuai dengan hukum adat setempat). Bahkan akhirnya sang penolong harus rela dihukum berat. Dibuang dari desanya !
Hamid, sang penolong, dengan ikhlas menerima semua hukuman yang diterimanya tanpa sedikitpun pernah mengeluh. Semua dijalani Hamid dengan keikhlasan yang terjiwai dengan baik oleh Herjunot Ali, sebagai aktor pemeran Hamid.
Ini film lebay bagi para penggemar film Hollywood yang suka dengan adegan Happy Ending ever after  dan film menarik bagi mereka yang mengimpikan indahnya semangat Islam di Sumatra Barat.
Selamat menonton.
Dibawah_Lindungan_Kabah1 (poster)
++
Gambar diambil dari idwikipedia.org

Share this: